4 Organisasi Selenggarakan "Gandeng Tangan Jaga Hutan Indonesia"


Fungsi dari hutan bukan hanya untuk memasok oksigen, akan tetapi seluruh tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya juga turut berperan dalam menyuburkan tanah. 

Lewat daun-daun yang berguguran kemudian membusuk dan terurai di atas permukaan, hutan sudah menunjukkan eksistensinya dalam menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah. 

Jutaan manusia dan hewan terdeteksi memilih hunian di dalam hutan. Maka dari itu, apabila hutan rusak atau pun hilang, maka otomatis manusia dan hewan pun kehilangan rumahnya. 

Hutan sebagai sarana tempat tinggal makhluk hidup merupakan salah satu fungsi yang terus dijaga kelestariannya.Jika tanah subur, maka kita dapat mengolahnya menjadi lahan penanaman pohon kembali.

Berbagai macam tumbuhan dan tanaman yang berkembang biak di hutan menjadi sumber keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi manusia. Entah dimanfaatkan sebagai sumber makanan atau sumber obat-obatan, tumbuhan pada hutan harus terus dilestarikan agar tidak punah hingga masa yang akan datang.

Kolaborasi empat organisasi seperti Hutan Itu Indonesia, Yayasan Pilar Tunas Nusa Lestari, Development Dialogue Asia, dan Restor dalam kegiatan Forum 27-an yang biasa digelar setiap bulan oleh Jatiwangi art Factory secara hybrid di Jebor Hall, Majalengka, Jawa Barat. Menyelenggarkaan ‘Gandeng Tangan Jaga Hutan Indonesia’ adalah tema yang diusung sejumlah organisasi restorasi dan konservasi hutan  tersebut dalam melindungi hutan.

“Lewat lingkar diskusi Forum 27-an ini diharapkan masing-masing organisasi yang turut serta dapat menjadi jembatan satu sama lain dalam memberikan peranan yang berkelanjutan untuk pergerakan membangun partisipasi publik yang masif bagi perlindungan hutan Indonesia,” ujarnya Christian Natalie, manajer program Hutan Itu Indonesia dalam paparannya.

Tujuan lingkar diskusi Forum 27-an untuk mendokumentasikan praktik konservasi dan restorasi hutan berbasis partisipasi publik, sekaligus mempererat inisiatif yang sudah ada dalam perlindungan ekosistem hutan yang telah dilakukan masing-masing organisasi yang terlibat dengan berbagai skema yang dimilikinya.

Sebagai informasi, Forum 27-an diikuti oleh lebih dari 20 organisasi konservasi dan restorasi di Indonesia. Forum 27-an ini bisa menjadi ajang dalam mentransfer pengetahuan serta peranan yang sudah dilakukan oleh masing-masing lembaga dalam memperkuat metode praktik restorasi dan konservasi yang dimiliki oleh masing-masing organisasi, sehingga tujuan utama perlindungan hutan di Indonesia dapat dilakukan secara gotong royong dan berkelanjutan.

Local Lead Restor Annisa Satwika mengatakan, Restor dapat menjadi jembatan (hub) bagi organisasi, pemerintah, maupun gerakan masyarakat dalam menunjukkan usaha atau aksi yang sudah dilakukan yang berhubungan dengan restorasi alam seperti penanaman, dan konservasi hutan, dan melalui momen diskusi Forum 27-an ini diharapkan bisa membangun sinergisitas bersama antarorganisasi karena aksi restorasi maupun perlindungan hutan lebih baik dilakukan secara gotong royong.

Seperti Perhutana (Perusahaan Hutan Tanaraya), inisiasi yang dibangun oleh Jatiwangi art Factory sebagai salah satu contoh langkah kolektif partisipasi publik menumbuhkan hutan baru seluas delapan hektare di kawasan Jatiwangi. Inisiasi ini tak lain berangkat dari kekhawatiran arus industrialisasi di kawasan wilayah Majalengka sekitarnya.

“Bagi kami ini adalah satu pengalaman baru dan berharga, sebagai organisasi yang berbasis penelitian perkotaan dan urbanisasi yang tidak memiliki latar belakang kehutanan mengambil peran sebagai jembatan yang menghubungkan aktor akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media untuk sama-sama mengembangkan inovasi yang menjawab keresahan akibat kecepatan urbanisasi yang dirasakan kurang adil dan belum memberikan ruang untuk kelestarian,” kata Ramalis Sobandi, ketua Yayasan Pilar Tunas Nusa Lestari. 

“Perhutana sebagai contoh yang kami anggap sebagai suatu gerakan gotong royong yang berkeadilan dan mengusung kepentingan bersama untuk menjaga kelestarian bagi alam dan manusia,” tandasnya.

Selain diskusi, Forum 27-an juga menghadirkan pameran inovasi penjagaan hutan secara daring yang dapat diakses melalui http://bit.ly/pameranadopsihutan diikuti oleh 13 organisasi seperti Bappeda Jabar, Carbon Ethics, Forum Konservasi Leuser, Hutan itu Indonesia, KKI Warsi, Lindungi Hutan, Perhutana, Restor, Rimba Raya, Trees4Trees, WeCare, WRI Indonesia, dan Yayasan Asri. [indopos]

Post a Comment

Previous Post Next Post