Koalisi Ilmiah Menawarkan Masukan untuk Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020

Sebuah kelompok yang beranggotakan 50 ilmuwan, sebagai bagian dari bioDISCOVERY, jaringan penelitian global Future Earth dan Group on Earth Observations Biodiversity Observation Network (GEO BON) mempublikasikan rekomendasi mereka dalam jurnal One Earth pada Juni 2022.

Dalam jurnal tersebut, mereka menulis tentang dampak aktivitas manusia pada biosfer Bumi yang mendorong krisis keanekaragaman hayati global. Tiga-perempat ekosistem terestrial telah berubah secara signifikan, seperempat spesies tumbuhan dan hewan terancam punah, dan keragaman genetik menurun pada spesies liar dan jinak.

Ini adalah krisis keanekaragaman hayati yang mendorong penurunan besar dalam kontribusi alam kepada manusia.

Pihak-pihak yang terlibat dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) saat ini sedang dalam tahap negosiasi mengenai tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati dan membawa bumi ke jalur pemulihan pada 2050. Ambisi ini juga dikenal sebagai upaya ‘bending the curve atau membengkokan kurva’.

Kelompok ilmuwan, termasuk Ilmuwan CIFOR-ICRAF Manuel Guariguata dan Jianchu Xu, menyediakan bukti-bukti yang dapat dimasukan ke dalam Kerangka Kerja yang menunjukkan bahwa tindakan yang diusulkan memang dapat membengkokkan kurva keanekaragaman hayati, tetapi hal ini dapat terjadi jika tindakan ini dilaksanakan secepat mungkin dan terintegrasi dengan baik.

“Sangat penting untuk memperlakukan target, capaian dan tujuan dari Kerangka tersebut sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, daripada fokus pada elemen individualnya,” kata Guariguata.

Tindakan yang diusulkan telah ditetapkan dalam draf pertama Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020. Versi final direncanakan akan diadopsi pada Konferensi Kelima Belas Para Pihak Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati di Kunming, Cina dan Montreal, Kanada, dalam dua tahap. Draf Kerangka tersebut berisi 21 Target Aksi 2030 yang dibagi menjadi tiga kelompok: 1) mengurangi ancaman dengan melakukan tindakan ke pendorong langsung hilangnya keanekaragaman hayati; 2) pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian manfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; dan 3) alat dan sarana implementasi, yang sebagian besar bertindak atas penyebab kerugian tidak langsung.

Pentingnya pendekatan sistemik

Para peneliti menekankan pentingnya pendekatan sistemik di semua target. Dalam sintesis penelitian, mereka mengkaji 1-10 target yang menjadi pendorong hilangnya keanekaragaman hayati. Mereka menemukan bahwa tidak ada satu target pun yang menjadi memberikan kontribusi lebih dari 10-15%. Tidak ada hubungan satu sama lain dari tindakan target ke capaian atau tujuan tertentu.

Dengan kata lain, agar efektif, Kerangka Kerja harus diimplementasikan secara terintegrasi dan harus memperhitungkan setiap target, capaian dan tujuan sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Perubahan transformatif untuk membengkokan kurva

Para peneliti mengkaji tiga skenario untuk 2030 dan 2050 yang berhubungan langsung dengan Kerangka Kerja tersebut. Untuk mencapai target ambisius yang diusulkan, yaitu memperluas kawasan lindung, membuat rencana pengelolaan spesies, dan memulihkan ekosistem sambil menghentikan konversi ekosistem alami yang diproyeksikan akan memperlambat tetapi tidak menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati di masa depan.

Mengurangi proses hilangnya keanekaragaman hayati lebih jauh saat ini terhambat beberapa faktor, seperti perkembangan yang masih belum memadai untuk memulihkan keanekaragaman hayati, fungsi ekosistem, dan konektivitas di seluruh lahan pertanian, yang menempati sekitar 40% dari luas daratan planet ini.

Para peneliti dan rekan mereka menunjukkan bahwa target yang ada hanya dapat dicapai sebagian, beberapa faktor pemicunya adalah tren saat ini di mana kawasan lindung masih kekurangan sumber daya, lambatnya pembentukan kawasan lindung yang penting secara ekologis, dan restorasi menggunakan praktik ekologis terbaik tidak terjadi secepat dan seluas kebutuhan.

Bertindak sekarang dan pertahankan

Ada jeda waktu yang signifikan antara dampak pemicu dan besarnya perubahan keanekaragaman hayati. Keterlambatan sering terjadi selama beberapa dekade, oleh karena itu, semakin cepat faktor pendorong mitigasi terjadi, semakin baik untuk mempersempit keterlambatan ini.

Kolaborasi internasional dan pendekatan multiskala

Diperlukan peningkatan dialog antara agenda nasional dan prioritas global, didukung oleh mekanisme tanggung jawab dan transparansi, termasuk peninjauan yang lebih teratur, dan peningkatan kolaborasi dalam implementasi.

Kerangka kerja pemantauan dan mekanisme peninjauan untuk mencapai hasil

Indikator untuk menilai tren pendorong hilangnya keanekaragaman hayati saat ini tidak termasuk dalam Kerangka Kerja, tetapi menurut para ilmuwan sangat  penting untuk menunjukkan bahwa tindakan yang diambil mampu memulihkan keanekaragaman hayati.

The post Koalisi Ilmiah Menawarkan Masukan untuk Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020 appeared first on CIFOR Forests News.


See the rest of the story at mysite.com

Related:
Asia dan Agroforestri: Pendekatan Sistematis pada Kebijakan dan Praktik
Perú: Un análisis del estado de los derechos de los Pueblos Indígenas en el contexto de REDD+
Mangroves in the Mekong Delta: growing opportunities or going under?


source https://forestsnews.cifor.org/78746/koalisi-ilmiah-menawarkan-masukan-untuk-kerangka-kerja-keanekaragaman-hayati-global-pasca-2020?fnl=enid

Post a Comment

Previous Post Next Post