Rantai Pasok Pertanian Asia Menuju Perdagangan Positif

Saat ini, salah satu tantangan utama yang kita hadapi adalah bagaimana membuat produksi pertanian lebih berkelanjutan – dan tantangan ini perlu memperhitungkan jaringan rumit krisis iklim, keanekaragaman hayati, dan sistem pangan.

Pada 26-27 September 2023, diskusi panel yang merupakan bagian dari acara konsultasi pemangku kepentingan regional mengenai perdagangan yang positif pada alam  untuk rantai pasok pertanian berkelanjutan dan pembangunan inklusif di Asia, mengeksplorasi isu ini melalui kajian mendalam mengenai jalur berkelanjutan untuk industri minyak sawit.

Pada acara tersebut, Robert Nasi, Chief Operating Officer Center for International Forestry Research dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) yang juga merupakan Direktur Jenderal CIFOR, mengatakan bahwa dalam produksi komoditas seperti minyak sawit, kayu, karet, kopi, dan kakao, proses keberlanjutan juga harus mencakup keseluruhan rantai pasokan, termasuk transportasi dan konsumsi. Jejak emisi merupakan bagian tak terpisahkan dari perdagangan dan transportasi, ditambah penetapan harga yang tidak adil, hal ini menjadi hambatan untuk mencapai keberlanjutan yang sebenarnya.

Nasi menekankan pentingnya acara-acara seperti konsultasi, di mana pemangku kepentingan yang berbeda, mulai dari perwakilan pemerintah hingga pusat penelitian, institusi pendidikan dan LSM berkumpul untuk bersama-sama mengatasi tantangan tersebut, mulai dari produksi hingga konsumsi dan berkolaborasi untuk mengupayakan lanskap perdagangan global yang lebih berkelanjutan dan kekal.

Namun, “kita masih memiliki sejumlah besar insentif buruk yang ada di sektor perdagangan,” ujar beliau. “Salah satu yang terburuk adalah bahan bakar fosil: kita mensubsidi bahan bakar fosil sebesar 12 juta dolar [AS] per menit – jadi, ketika saya memulai diskusi ini, kita telah memberi 60 juta dolar untuk industri bahan bakar fosil. Kecuali kita mengubah hal ini, sangat kecil kemungkinan untuk kita memiliki sesuatu yang dekat dengan perdagangan berkelanjutan.”

Langkah proaktif menuju pertanian berkelanjutan

Valerie Jullian, Koordinator PBB untuk Indonesia, menggarisbawahi peran penting Asia sebagai kontributor utama produksi pertanian dan perikanan di dunia, yang pada 2022 menyediakan mata pencaharian bagi 8,6 juta orang di Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Jullian memuji komitmen dan tindakan yang diambil oleh negara-negara Asia untuk mengatasi tantangan keberlanjutan, termasuk penandatanganan peta jalan bersama untuk kerja sama perdagangan, kehutanan, dan komoditas pertanian.

Pada acara tersebut, banyak pembicara yang berfokus pada peningkatan akses pasar dan dukungan finansial untuk petani kecil, dengan penekanan pada pembangunan kapasitas sebagai hal penting untuk sektor pertanian. Saat workshop interaktif, para peserta menggarisbawahi peran fasilitator dalam mendukung petani kecil untuk mendapatkan sertifikasi lahan dan praktik pertanian berkelanjutan menggunakan metode komunikasi yang disesuaikan. Mereka menekankan kebutuhan untuk terus meningkatkan pengakuan dan dukungan untuk para fasilitator tersebut.

Salah satu grup peserta menyampaikan beragam tantangan yang dihadapi petani kecil dan mengajukan integrasi teknologi finansial dan program literasi finansial. Grup yang lain mendiskusikan solusi kebijakan untuk sistem perdagangan inklusif, mengadvokasi pendekatan bottom-up dan pembentukan dana perwalian lingkungan hidup. Grup ketiga menegaskan pentingnya ketertelusuran minyak kelapa sawit dan pentingnya teknologi yang user-friendly dan kebijakan yang disederhanakan. Grup lainnya menyampaikan kekhawatiran mengenai peran sektor swasta, menekankan pentingnya untuk menyederhanakan dan mengharmonisasi standr untuk mempermudah operasi.

Inisiatif terobosan  

Herry Purnomo, Direktur Program CIFOR-ICRAF Indonesia, menyoroti pentingnya Trade, Development and the Environment Hub (TRADE Hub) sebuah inisiatif global yang melibatkan 50 organisasi di 15 negara, di mana mitra Indonesia memainkan peran penting dalam hal ini. Hub ini bertujuan untuk mengatasi kompleksitas pengelolaan perdagangan komoditas seperti minyak sawit, kopi, kedelai, bambu, rotan, karet, kakao, kehidupan liar, dan bahkan songbird atau burung penyanyi.

Purnomo menekankan peran penting pembeli dan pemerintah untuk mewujudkan produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan. “Konsumen ‘hijau’ merupakan salah satu faktor kunci dari minyak sawit berkelanjutan,” katanya, seraya menambahkan bahwa keberlanjutan bukan hanya sebuah pilihan bagi komoditas tersebut, namun merupakan bagian integral dari konstitusi Indonesia.

Ernan Rustiadi, Wakil Rektor Bidang Riset, inovasi dan pengembangan masyarakat agromaritim Institut Pertanian Bogor (IPB) memperkenalkan SIPESAT, sebuah sistem informasi yang diluncurkan pada Juni 2023 untuk menilai kinerja dan penguatan kelembagaan rantai pasok kelapa sawit. SIPESAT memiliki kemampuan analitis untuk mengidentifikasi segmen yang berkinerja buruk dan menyederhanakan dokumentasi data transaksi di seluruh jaringan pasokan minyak sawit.

Berfokus pada petani kecil mandiri, inisiatif ini berfungsi untuk meningkatkan ketertelusuran dan legalitas produksi minyak sawit Indonesia. Hal ini merupakan salah satu langkah penting dalam upaya yang lebih besar: untuk terus memanfaatkan penelitian dan teknologi mutakhir menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan kuat secara ekonomi untuk rantai pasokan pertanian Indonesia, kata Rustiadi.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi Herry Purnomo (h.purnomo@cifor-icraf.org)

Ucapan Terima Kasih

Acara ini diselenggarakan oleh UN Environment Programme (UNEP) bekerja sama dengan Center for International Forestry Research dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan  Center for Climate and Sustainable Finance University of Indonesia (CCSF UI), Trade, Development and the Environment Hub dipimpin oleh UN Environment Programme World Conservation Monitoring Centre (UNEP-WCMC) dengan pendanaan oleh Dana Penelitian Tantangan Global Penelitian dan Inovasi Inggris (UKRI-GCRF).

The post Rantai Pasok Pertanian Asia Menuju Perdagangan Positif appeared first on CIFOR Forests News.


See the rest of the story at mysite.com

Related:
Seeing from all sides: Why we need more women in science
Toucans, tapir and tortoises: Revealing the biological riches of southern Guyana
Congo Basin: Need for more funding to let ‘lungs of Africa’ breathe
Are community rights being upheld in REDD+ safeguards processes and landscapes in East Kalimantan?
Nourishing leadership: Why gender matters in development science
In DRC, Indigenous Peoples and local communities’ inclusion in REDD+ remains a work in progress
Finding common ground for community forest management in Peru
Energy transfer: How one woman scientist aims to spark enthusiasm in the next generation
Framing up the community-centred future of peatland management
For many Indigenous communities, land titles aren’t the same as tenure security
Toward nature-positive trade in Asia’s agriculture supply chains
Peta Jalan Baru Menuju Perdagangan yang Lebih Ramah Lingkungan
New roadmap charts course to greener trade


source https://forestsnews.cifor.org/85829/rantai-pasok-pertanian-asia-menuju-perdagangan-positif?fnl=enid

Post a Comment

Previous Post Next Post